akhir
penyesalan seorang anak
hidup
di seoul dengan mata buta dan harus membiayai kedua putrinya yang bernama sinb
dan eunha mereka berdua masih duduk dibangku sma. sinb adalah kakak eunha yang
telah berumur 18 tahun dan duduk dikelas 3 sma sedangkan eunha masih duduk di
kelas satu sma. tanpa seorang ayah sinb, eunha dan ibu mereka, yuju menjalani
kehidupan di rumah mereka walau nampak sempit, eunha tetap ikhlas menerimanya,
sedangkan sinb bagai gila diubun ubun, ia tak menginginkan kehidupannya yang
sekarang, ia ingin menjadi kaya raya. karena dari itu dia pergi ke kamar
ibunya, yuju yang kebetulan ibu dan eunha adik kandungnya pergi keluar, ia
ambil sertifikat tanah milik ibunya. lalu ia segera pergi ke tempat sowon yang
seorang rentenir, sinb gadaikan dengan uang 20 juta won dengan sertifikat rumah
itu. “batas kamu pinjamuang saya em…. kira kira dua bulan ke depan!!, sampai
dua bulan ke depan kamu gak bias mengembalikan uangku. apa boleh buat, kusita
semua harta dan rumah kamu…. gimana. setuju?” ujar sowon berkata sambal
mengipas-ngipas rambutnya.
“emmmm….
gimana ya? setuju deh …..” ujar sinb sambal menyodorkan sertifikat rumah
ibunya. tanpa rasa bersalah sinb langsung bergegas menuju butik yang paling
glamour di daerah kota. setelah sampai di toko ia terpesona dengan seorang
laki-laki yang gagah dan sempurna menurutnya.tanpa basa basi ia hampiri lelaki
itu sambal bertanya tanya tempat tinggalnya.
“oppa,
oppa!!” teriak sinb memanggil lelaki itu
“nani
kore?” sapa lelaki itu kembali
“oppa,
kenalkan nama saya sinb” balas sinb dengan sopan
“oh….perkenalkan
nama saya jungkook” ujarnya membalas
“jungkook
oppa tinggal dimana???” sodor pertanyaan sinb dengan mata berkedip kedip
“saya
sedang mencari tempat tinggal tetapi tidak kunjung juga dapat” ujar jungkook
memelas
“oppa
boleh tinggal di rumah atap tempat saya….namun agak sempit gitu” ujar sinb
“terima
kasih ya” jawab jungkook setuju
pergilah
mereka berdua ke rumah sinb. sampai di rumah, sinb mendapati ibu dan adiknya
sudah pulang. datanglah yuju sambal berjalan dibantu eunha.
“sudah
pulang ya nak?” tanya sang ibu
“kak,
dia siapa?” kok kakak bawa laki-laki” segala tanya eunha
“ah,
ibu sama ank sama saja sama sama belagu sinb bantu oppa yang terlantar malah
gak didukung!!” jawab sinb dengan sinis
“tapi
bawa teman laki-laki itu gak boleh nak!! apa kata warga nanti?? ujar ibu marah
“masalah
buat loe!!” jawab sinb
dibawanya
jungkook ke lantai atap yang kosong, ia beri kamar tersebut untuk menginap
sementara waktu. benar apa yang dikatakan yuju, keesokan harinya warga datang
menghampiri rumah tersebut sambal melempari rumah dengan batu. disituasi
tersebut keluarlah eunha dan bertanya tanya
“maaf,
ada masalah apa ya bapak dan ibu sekalian?” tanya eunha. lalu salah satu dari
mereka menjawab
“antum
pura pura kagak tahu kali ya, kakakmu telah mencemari nama baik daerah kita
dengan membawa laki-laki benar gak saudara sekalian?” ujar penghasut tadi
“benar!!”
serempak menjawab saat itu datanglah sinb dan laki laki itu
“nani
kore!!” tanya sinb dengan kesal
“nah
itu dia orangnya!!” kata seorang dari mereka
“bantai
aja guys!!” sambung seseorang dari mereka
“eits….jangan
main bantai aja dong, masa gak ada solusi lain sih…” sahut sinb
“kita
usir aja mereka dari sini!!” kata seorang penghasut dari mereka
“kalau
kalian mau usir kami, ini rumah harus sukses terjual dulu bambang, baru boleh
kalian usir kami” jawab sinb dengan lantang. sementara sang ibu yang
notabenenya buta tak henti-hentinya meneteskan air mata. dari rumah tetangga,
yerin keluar dan melerai massa tersebut
“ibu
gak apa apa kan bu?” tanya eunha pada ibunya
“gak
apa apa kok nak, santuy” jawab yuju dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir.
yerin bergegas menuju ahjumma
“ahjumma,
are you okay. bagaimana kalua saya bantu cari makelar yang berminat membeli
rumahnya? entar saya bantu. tapi ada komisinya lah” tanya bapak itu. sontak
saja sinb langsung menjawab dengan semangat tanpa memliki beban yang berarti
“kalau
bisa yerin silahkeun, tapi… surat rumahnya sudah saya gadaikan sama sowon si
rentenir. please help me ambil kembali suratnya ya yerin” jawab sinb santuy
“oke
nevermind, akan saya bantu semampunya”
beberapa
hari kemudian eunha pulang bersama umji dari sekolah. umji adalah sohib eunha,
mereka bak bunga dan batang yang sulit terpisahkan. eunha melihat dari kejauhan
di depan rumahnya ada sowon si rentenir. ia bergegas menghampiri sowon sambal
bertanya
“ahjumma
ada keperluan apa kemari, cari siapa ya btw?” tanya eunha denga sopan
“keluarkan
gembel buta map itu” jawab sowon dengan barbar
“lho,
antum ada masalah apa?” tanya eunha balik bertanya
“antum
pura pura kadak tahu ya, belagu amat loe ya. ini lho kakakmu dua bulan lalu
pinjam uang sama aku 20 juta won. jadi bisa bayar atau kagak nih kalian? kalua
gaak bisa bayar, bakalan saya sita semua aset rumahmu” jawab sowon
“ano
ne ano ne” eunha menangis dan langsung bergegas masuk menemui ibunya di rumah
“gak
ada tapi tapian, keluar kalian semua!” ujar rentenir tersebut
keluarlah
eunha dan yuju dari rumah mendiang suaminya. pergilah mereka ke kolong jembatan
tol. menjelang malamnya, sinb tak kunjung menemui mereka. ia pergi ke telepon
umum untuk minta bantuan pada sohibnya umji
“umji,
bolehkah aku dan ibuku menginap sementara di rumahmu?” tanya eunha sambal
terisak isak
“lho
eunha, apa yang terjadi?” tanya umji
“aku
dan ibuku diusir dari rumah karena sinb berutang pada rentenir dan tidak
kunjung dibayar sampai lewat jatuh tempo. bolehkah? kasihan ibuku sakit….” ujar
rina sembari menghapus air matanya
“oke,
no problem, tapi kamu sekarang posisi dimana? biar aku jemput” umji menjawab
setelah
umji si chaebol menjemput eunha dan yuju di lokasi, sampailah mereka di rumah
umji dan ditunjukkan kamar untuk mereka berdua. eunha mendapat sambutan hangat
dari keluarga tersebut
“umji…
bolehkah aku pinjam smartphonemu untuk menelpon sinb yang entah dimana?” ujar
eunha khawatir
“oh
of course…” jawab umji. disodorkan smartphone miliknya yang segera disambar
oleh eunha untuk menghubungi sinb
“unnie…unnie…dimana
posisi sekarang? aku dan ibu cemas” tanya eunha
“sinb
lagi dirumah jungkook, daripada sama ibu yang gak bakalan membiayai kuliahku.
paling banter jadi ibu rumah tangga kali ya!!” sinb menjawab, seketika ia
menutup telpon dari eunha. eunha hanya bisa menangis meratapi nasibnya
mengetahui bahwa sinb buta hati. datanglah umji membawa eunha ke kamarnya,
setelah sampai di kamar betapa terkejutnya umji mendapati yuju terbujur kaku,
ia periksa denyut nadi dan ternyata…. rest in peace
ibunya
telah beristirahat dengan tenang, tak elak kuadruplet kesedihan yang dialami
eunha. dia begitu histeris dan mencoba membangunkan ibunya tapi semua itu
percuma tak berguna, tuhan berkehendak lain. eunha mencoba menghubungi sinb
tapi tidak kunjung dibalas. akhirnya eunha bersama umji mencoba mencari
keberadaan sinb. sampai di sebuah kampus tempat sinb kuliah. eunha tidak ingin
menginformasikan bahwa ibunya telah dikremasi
tangis
menderu di rumah duka. guci bertulis yang menyayat hati dan karangan bunga
menambah kesedihan yatim piatu. ia berlari menuju tempat sinb berada. ia temui
kakaknya di taman
“kak,
ibu ingin bicara sekali saja” kata eunha
“ngapain
kamu kesini pakai dresscode beginian? aku mau datang tapi ada syaratnya” ujar
sinb
“apa
syaratnya? pamali… pamali” ujar eunha bertanya
“jangan
pernah sekali kali kamu menemuiku lagi mulai sekarang” jawab sinb
“oke
deal” jawab eunha sambil terisak isak. kemudian pergilah mereka ke rumah duka
yang ternyata tidak terlalu jauh dari kampusnya
“ini
ibu kak” tangis eunha
“omma,
….bagaimana mungkin” sinb terkejut
“kakak
lebih buta dari ibu, buta hatinya” kata eunha. sinb seketika pergi menjauh dan
menyesali perbuatannya selama ini