Senin, 26 Agustus 2013

Pudarnya Kebudayaan Nasional oleh Kebudayaan Asing


Saat ini sangat banyak sekali perubahan kebudayaan yang terjadi di masyarakat kita, seperti perubahan dari mental simpatik menjadi antipatif, dari nilai–nilai yang dihayati seperti kebudayaan  menjadi sebuah beban perkembangan zaman. Inilah menurut saya makhluk modern yang menamakan dirinya globalisasi. Globalisasi sangat berpengaruh dengan suatu keadaan dalam perkembangan seperti melalui tekhnologi yang diluncurkan saat ini yang beredar luas kedalam kebiasaan kita dan berpengaruh pula pada kebudayaan yang kita miliki.
Sebuah kebudayaan nasional dalam perkembangannya selalu berkutat pada masalah apresiasi masyarakat dan pelestariannya. Membicarakan kedua masalah tadi akan menuju satu masalah pokok yaitu waktu. Waktu dalam hal kebudayaan sesungguhnya mempunyai dua arti penting. Pertama, kebudayaan daerah akan berkembang ketika masyarakat sekitar memperlakukan kebudayaan daerah mereka sendiri seperti barang berharga yang harus dijaga. Kedua, kebudayaan daerah dianggap biasa saja, yang mereka pikir kebudayaan itu hanya akan menjadi bahan ajar dalam buku sejarah, sehingga lama kelamaan akan pudar bahkan hilang.
Perkembangan zaman yang modern mau tidak mau akan berbenturan dengan kebudayaan daerah yang kita miliki. Masuknya budaya asing ke dalam negeri membuat kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan daerah menjadi berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
Perubahan kebudayaan yang terjadi di masyarakat kita, yakni perubahan dari mental simpatik menjadi antipatif, dari nilai–nilai yang dihayati menjadi sebuah beban perkembangan zaman. Inilah menurut saya makhluk modern yang menamakan dirinya globalisasi.
Kebudayaan kita yang cenderung mengarah kepada kebudayaan luar, entah itu baik atau buruk yang penting dianggap sebagai manusia modern yng menjunjung globalisasi. Misalnya, setiap hari kita disuguhi tayangan TV yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran televisi yang ditangkap dari parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adakah kesenian atau budaya daerah kita yang nampak?
Faktanya, jarang sekali siaran televisi Indonesia menyiarkan tentang kebudayaan Indonesia. Fakta yang demikian memberikan bukti bahwa negara–negara lain lebih berhasil memasarkan budaya mereka sendiri dibanding kita. Coba kita balik, adakah masyarakat Amerika yang kecanduan menyanyi campursari atau berkawih Jawa, justru bangsa kita yang menelan mentah–mentah budaya mereka. Lalu dimanakah kebudayaan Indonesia berada? Apakah hanya dibuku sejarah?
     Peristiwa seperti itu akan berpengaruh terhadap keberadaan kebudayaan daerah kita.  Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khazanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Pada saat bangsa lain maju dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, seharusnya kita memanfaatkan potensi yang ada, misalnya menjadi negara yang pandai melestarikan budaya.
     Apabila kondisi demikian masih berlanjut, anak cucu kita mungkin akan kehilangan identitas bangsanya sendiri. Saya berharap ada orang Indonesia yang meniru negara lain dalam memasarkan kebudayaannya. Misalnya dengan membuat game yang mengisahkan kerajaan–kerajaan di Indonesia. Seperti halnya Amerika dengan game bergaya modernnya.
     Ada lagi negara Jepang, dengan banyaknya film kartun dan komik yang mengisahkan tokoh–tokoh Jepang mengenai orang–orangnya yang sakti. Kita dapat membuat film kartun dan komik tentang kebudayaan yang ada di Indonesia dengan tokoh orang–orang Indonesia yang juga sakti-sakti seperti Wira Sableng atau tokoh-tokoh wayang yang mempunyai kekuatan melebihi manusia biasa. Jika hal ini dilakukan, hal-hal berbau modern tidak lagi menjadi beban, tetapi sebagai alat untuk melestarikan dan mendampingi kebudayaan nasional. Sehingga kebudayaan nasional kita tidak akan pudar oleh kebudayaan dari luar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar